Al-Ikhlas (Kudeta Tak Berdarah)

Penanda berakhirnya masa untuk makan sahur, dikumandangkan 5 menit sebelum adzan subuh
Penanda berakhirnya masa untuk makan sahur, dikumandangkan 5 menit sebelum adzan subuh

Dulu itu, sangking senengnya saya diterima sebagai anggota baru anak-anak langgar Al-Ikhlas.. hampir tiap pulang sekolah saya main di Langgar itu, walaupun saya belum resmi masuk islam saat itu.

Langgar Al-Ikhlas itu terletak di pinggir jalan kecil yang membelah persis di tengah kampung kami, kalau dari rumah kontrakan saya, yaa kira-kira 500m lah, cukup lumayan jauh, bahkan suara adzan dari pengeras suara langgar tidak pernah sampai dan tidak terdengar dari rumah kontrakan kami yang berada di pojok kampung.

Ya maklum saja, selain kecil, langgar hibah keluarga Pak Maksum tersebut dan juga seluruh kampung kami memang belum kelewatan kabel listrik PLN,  jadi penerangannya masih pakai Lampu Petromax dan untuk pengeras suara kotbah maupun adzan masih menggunakan ‘Accu’.

Pak Maksum itu tokoh yang dihormati dan disegani di kampung kami, selain punya toko kecil yang menjual perlengkapan kebutuhan sehari-hari, Pak Maksum adalah ‘Bong Supit’ yang kondang, jadi beliau juga punya klinik khusus untuk ‘khitan’ di samping rumahnya. “Woo ya pantas kalau beliau bisa berkecukupan dan bahkan bisa menghibahkan tanah keluarganya untuk membangun langgar..”, batin hati saya.

Sekitar tahun 1979, di seluruh kelurahan baru hanya ada 2 toko kelontong saja, satu milik Pak Maksum dan satunya lagi milik Pak Kusdi yang posisinya jauh dari kampung saya,  jadi nggak seperti sekarang ini, setiap perempatan ada toko, setiap 50m ada Alfamart, terus disebrangnya pasti ada Indomart.

Saat itu, selain Ibu saya, Pak Maksum ini termasuk figur yang saya idolakan dan juga sekaligus menguatkan saya untuk terus bercita-cita agar kelak klo dewasa bisa menjadi “Orang Kaya yang Nikmat..”.

“Lho, Bukannya semua orang kaya itu nikmat??”, ujar temen-temen setiap kali mendengar cita-cita saya sejak kecil itu. Ngga tahu gimana mulainya kok dulu saya menyimpulkan bahwa ‘tidak setiap orang kaya itu nikmat’. Beberapa contoh orang kaya yang saya lihat atau saya kenal waktu itu kebanyakan terlihat sangat sibuk, sering keluar rumah, bahkan sering pulang hingga larut malam.

Misal bapaknya temen sekelas SD saya, beliau juragan batik yang hebat waktu itu, mobilnya lebih dari satu, bahkan punya sebuah Bis keluarga yang hanya digunakan jika keluarga besarnya bepergian bersama.

Tapi nggak tau kenapa ya kok saya tidak mengidolakan beliau? mungkin karena setiap kali mampir ke rumah mewah temen saya itu, juaaaraang banget ketemu bapaknya kali ya? trus klo sekalinya ketemu, beliau pasti sedang sibuk ngurusin batik-batiknyalah, karyawan-karyawannyalah atau urusan-urusan lain usahanya.

Bagi ‘Kajiedan Kecil’ waktu itu, sosok demikian itu adalah type ‘Orang Kaya Biasa’ atau orang kaya kebanyakan. Di mana setiap saat harus mikirin pekerjaannya, terus setiap saat harus bekerja terlalu keras, dan sering keluar rumah untuk mengejar rejekinya. Padahal, sebenar-benarnya kekayaannya pun sudah melimpah ruah.

Beda dengan Pak Maksum, usahanya di rumah, klo pas nggak ada yang khitan, beliau bergantian ama Ibu Maksum atau anak-anaknya melayani pembeli di tokonya. “Subhanallaaah.. rejekinya yang mendatangi kiosnya, kok bisa begitu ya???”, batin saya waktu itu setiap kali melihat pembeli yang bergantian masuk ke Toko Pak Maksum.

Setahu saya, hanya sesekali beliau ‘menjemput rejeki’ keluar rumah guna ‘memotong titit’ ke rumah pasiennya.. sebab kebanyakan rejeki-rejeki itu yang datang mengalir ke klinik Khitannya itu.. lha gimana coba?? kan biasanya ‘titit-titit kecil’ itu yang dibawa oleh orang tuanya nyamperin ke klinik Khitan samping rumah Pak Maksum untuk ‘dipangkas’ ujungnya..hehe.

Waktu itu saya benar-bener heran seheran-herannya. Nggak tahu gimana cara Allah mengatur rejekinya Pak Maksum?? kok bisa-bisanya rejeki yang datang kepada Pak Maksum dan keluarganya.

Sementara orang lain harus berlomba-lomba keluar rumah mencari rejeki,  ingat lho, mohon teman-teman pahami, orang-orang itu ‘mencari’ lho, belum tentu dapet dan bahkan bukan ‘menjemput’ rejekinya yang udah pasti buatnya.

Dan Rasa heran itulah yang membuat saya terus berusaha hingga sekarang untuk mencari jawaban serta rumusan agar bisa seperti Pak Maksum ataupun Ibu saya: “Rejeki tidak dikejar, tapi menghampiri keluarga mereka”

Dan hebatnya lagi, karena usahanya kebanyakan di rumah, maka beliau selalu sempet menjadi orang yang pertama kali datang dan adzan di langgar kecil samping rumahnya itu. Oh yaa.., beliau pulalah yang dulu meng-Islamkan saya, setelah lebih dari seminggu diajari tentang kalimat Syahadat oleh Mas Bambang keponakan beliau.

Tapi mosok hanya karena selalu tepat waktu ber-adzan serta menjadi imam di langgarnya, terus Allah kasih metode rezeki yang lain dengan orang lain ya??. Kira-kira ada syarat-syarat lain ngga ya??

Jangan-jangan memang hanya karena Pak Maksum benar-benar ikhlas melaksanakan ibadah sholat tepat waktu ya??. Atau hanya karena meng-ikhlaskan tanahnya untuk didirikan Langgar yaa??. Mosok hanya karena Pak Maksum selalu mengkumandangkan adzan untuk memberitahu tetangga sekitar agar segera melaksanakan sholat ??

Wis embuhlah, masih belum nemu saya rumusan tepatnya. Mungkin klo temen-temen bisa menyimpulkan dan membantu saya menemukan rumusannya, saya sangat menunggu informasi tersebut lho… “please email me..”

Tapi yang jelas, selain masalah rejeki, ada lagi satu ‘kenangan manis’ dari Pak Maksum yang hingga kini masih ‘menempel erat’ di pipi dan telinga saya.. hiiiiiksss..

Kisah sebenarnya gini..
Setelah resmi di-islamkan, saya jadi memiliki hak previllage seperti yang dimiliki Harsoyo, Kasih, Ngatimin dan teman-temen lain di kampung,  yakni “diijinkan tidur di langgar klo malam libur di bulan puasa”.

Bagi ‘Kajiedan Kecil’ tidur di langgar adalah pengalaman ruuuaarrr biasa..!! gimana nggak rruuuarr biasa??, lha waktu itu adalah kali pertama bagi saya diijinkan tidur di luar rumah.. pokoknya selain rumah simbah atau rumah saudara yang lain lho yaa.. “Benar-benar extraordinary”.

Dan lebiiiih hebatnya lagi, waktu itu ada teman yang paling kami tuakan yang memiliki sejuta ide dan idenya itu selalu luar biasa, Mas Harto namanya. Orangnya Ganteng, berkumis, ramah dan sangat menyayangi orang tuanya. Banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan dari seorang Mas Harto.

Biasanya sehabis sholat tarawih, kami anak-anak langgar Al-Ikhlas diajarinya keliling kampung mengumpulkan ‘beras jimpitan’ disetiap rumah, beras itu kemudian dimasak untuk makan sahur bersama nantinya, nah untuk lauknya, kami diajarinya mencari belut di sawah dan kadang ‘nyuluh’ ikan di sungai-sungai kampung kami.

Pada waktu jalan keliling kampung, setiap melewati kebun yang gelap, pohon besar yang rimbun, rumah kosong atau tempat-tempat yang angker lainnya, pasti Mas Harto akan menyuruh dua anak diantara kami untuk bergantian nyamperin tempat-tempat tersebut, “untuk melatih keberanian”, kata beliau waktu itu.

Bahkan pernah, satu persatu kami disuruh masuk ke makam keramat di pojok kampung. Dan atas nama kebranian serta kawatir diolok-olok sebagai penakut, akhirnya sayapun memaksakan keberanian diri ikut masuk ke dalam makam.

Aseeem tenan koq Mas Harto itu, waktu itu saya benar-benar mengalami yang namanya ‘Komplikasi Ketakutan’.. lha gimana nggak komplikasi..?? “Kalo matanya melèk saya takut ngliat batu nisan malem-malem.. tapi klo biar ngga takut, trus saya merem.., pasti nabrak batu nisan..!!!”.

Asseeeeem..aseeeeem.. Mas Harto Aseeeem tenan.

Tapi bisa jadi, karena ajaran Mas Harto itulah keberanian serta keusilan saya terbangun dan ‘tumbuh subur’ dalam diri saya, bahkan terus berkembang biak hingga sekarang😃😃..

Salah satu hasil Keberanian dan Keusilan saya saat itu adalah melakukan ‘Kudeta Tak Berdarah’ di Langgar Al-Ikhlas nya Pak Maksum.. bayangkan…!! saya rancang dan saya eksekusi seorang diri lho kudeta itu!!..

Kisah lebih detilnya gini..
Dulu itu, walaupun anak-anak boleh tidur di Langgar, tetapi ada ‘Konvensi Maksum’ yang mengharamkan anak-anak menyentuh Sound ‘TOA’ System di langgar, Sound System langgar adalah hak Prerogratif Pak Maksum untuk menggunakannya.

Paling-paling Si Budi temen Langgar yang kebetulan anak beliau yang boleh menyentuhnya, itupun sebatas dalam rangka merawat, membersihkannya serta nyetrum-kan Accu seminggu sekali.

Dan setiap malam puasa, mulai jam 02.00 Pak Maksum selalu bangun, sholat tahajud, dzikir sebentar, kemudian mengaktifkan Sound ‘TOA’ System,  trus lanjut mengeluarkan ‘FATWA’ rutin beliau dalam bahasa jawa yang halus,”Bapak-bapak, Ibu-ibu sakmeniko sampun pukul kalih, imsyak-ipun taksih kalih jam malih.. monggo-monggo wungu enggal masak.. sauuuuuuur..sauuuuur.. sauuuuuuuuur…”.

Maksud Pak Maksum adalah memberitahu para penduduk, terutama para ibu agar segera bangun dan memasak untuk sahur, sebab dua jam lagi udah masuk waktu imsya’..”.

Lha tapi gimana bisa pada bangun?? wong ngomongnya cuman pelan dan halus di mikrophone TOA tersebut, serta kalimatnya kurang bersemangat serta tidak mendorong para penduduk untuk segera banguun, kira-kira begitulah pemikiran ‘Kajiedan Kecil’ kala itu.

Dan selanjutnya ‘FATWA’ rutin tersebut akan beliau ulang-ulang setiap 30 menit dan nantinya beliau akan tutup 5 menit sebelum adzan subuh dengan sebuah teriakan panjang yang menandakan harus berakhirnya makan sahur.. “Imsyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak..!!!!!”

Peristiwa ‘Kudeta Tak Berdarah’ itu saya laksanakan pada suatu malam minggu, ketika itu jam di langgar sdh menunjukkan pukul 02.20.., lha kok tumben Pak Maksum belum bangun dan ‘berfatwa rutin’ yaa??.. Gara-gara itulah muncul ide saya untuk segera mengeksekusi ‘gagasan cemerlang’ saya.

Dengan perlahan tapi pasti, saya aktifkan Sound ‘TOA’ System Langgar.., kala itu saya sudah mempersiapkan ‘FATWA’ rutin versi saya sendiri dan saya meyakini sekali bahwa isi kalimatnya pasti akan lebih menggugah dibandingkan dengan ‘Kalimat Andalan’ Pak Maksum.

Ambil nafas dalam-dalam, konsentrasi sedikit dan mulailah ‘Kajiedan Kecil’ meneriakkannya,” Bapak-bapak, Ibu-ibu, imsyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak-ipun tasih kalih jam maliiih..!!!!!”

Selanjutnya bingung sayaa!!!
ternyata hasilnya jauh lebih dasyat dari espektasi sang ‘kajiedan kecil’.. Lha kok seketika jadi buanyaak gerombolan bapak-bapak yang dateng ke langgar sambil ngomel-ngomel.

Belum selesai bingung saya, tiba-tiba Pak Maksum sudah berdiri tepat dibelakang saya, lanjuut, sebuah ‘tamparan sayang’ persiiiiis mendarat di pipi dan telinga saya. “Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!!”.. nggak selesai-selesai telinga saya berdenging..😩😩

Padahal kalo dicermati, kalimat yang saya teriakkan tuh kalo diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut : “Bapak-bapak dan Ibu-ibu imsyaaaaaaaaaaaaaaknya masih dua jam lagi..!!!.

Coba perhatikan, nggak ada yang salah kan dengan kalimat tersebut???. Sebuah kalimat pemberitahuan biasa, yang saya harapkan bisa lebih ‘menggugah’.. hehe.

Setelahnya, lebih dari sebulan, peristiwa ‘Kudeta Tak Berdarah’ itu menjadi bahan pembicaraan terus di kalangan orang tua kampung saya,  ya di ceramah Jum’at lah,  ya di kultum taraweh lah, ya obrolan di pos ronda lah, maka terpojoklah ‘kajiedan kecil’ waktu itu.. sampai-sampai karena resah, hampir saja saya putuskan untuk balik lagi ke agamanya Mbah Amirah, “hadeew, susah bener sih jadi anggota langgar??”.

Dan sekarang, Langgar tersebut telah dipugar megah dan besar menjadi sebuah masjid.., lha kalau saya pas balik ke Jogja dan sholat di ‘Masjid Al-Ikhlas’ saya selalu senyam senyum sendiri dan otomatis teringat peristiwa ‘Kudeta tak Berdarah’ itu.

Bahkan, setelah 36 th berlalu,  selain tentang ‘rumusan rejeki’, kadang-kadang kalau pas puasa gini dan inget kejadian itu.. bunyi ‘ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing’-nya itu lho masih terdengar jelas di telinga saya dan masih selalu berdengiing setiap saya dengar pekik’an, “iiiiiiiiiiiiiimsyaaaaaaaaaaaaaaaaak” dari masjid atau radioo..😢😢😃

Pak Maksum, terima kasih ‘rumusan rejeki’ dan juga ‘ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing’-nya yess…

24 thoughts on “Al-Ikhlas (Kudeta Tak Berdarah)

  • June 29, 2015 at 12:03 pm
    Permalink

    Hahahaa jebule ket cilik wis iseng tenan..

    Nek rumusan rejekine pak Maksum coba pelan2 aku praktekin ya, semoga bisa menular.

    Suwun sharingnya ya Mas

    Reply
    • July 1, 2015 at 1:47 am
      Permalink

      Tapi klo misalnya udah dapat rumusan rejekinya, jangan lupa ndang bayar DP yaa udaaaaaaa…

      salam

      Reply
  • June 29, 2015 at 12:05 pm
    Permalink

    Lucuu…. 🙂
    ada yang diedit gak ya ceritanya mas, misalnya pakai di teleki eh kelek-i ..

    Reply
  • June 29, 2015 at 3:32 pm
    Permalink

    Hahahahaha…sembah nuwun nJeng…nitip salam kanggo mas Harto, panjenenganipun kae iso kadapuk sebagai salah satu inspirator juga lhoooo…
    Lha nak pak Maksum kwii mungkin termasuk golongan salah sawijining menungso sing ikhlas yho nJeng, mulo rejekine marani dewek’e ? Konon ada tingkatan …sabar, ikhlas & ridho… kiro2 kuwi opo yho nJeng ?
    Selamat menjalankan ibadah puasa…dan semoga puasa kita termasuk pada golongan puasa yang ‘khowasul khowas’… he3x.
    Nuwun…

    Reply
    • July 1, 2015 at 1:45 am
      Permalink

      Suwun kang sastro..
      suk nak pas mampir ndesoku, tak kenalke ro mas harto yes
      bab pak Maksum, Sarujuuuuk…

      Reply
  • June 29, 2015 at 7:45 pm
    Permalink

    Selain bu Kusdi lor pasar ro Bong-e Patukan…..kan waktu itu saya klo beli pancing juga di Pak Susilo…kulone Frida toh Pak Kaji? Njuk le ku mancing neng blumvange Pak Hono sik tan Sodantèn

    Reply
  • June 30, 2015 at 7:28 am
    Permalink

    He…he…he… nek boso jowone nrithik jenenge. Nek pak Maksum mireng crito iki methi kemekelen. Pak kaji Onny pancen toooop tenaaan.

    Reply
  • June 30, 2015 at 7:49 am
    Permalink

    Assalamualaikum wr wb
    Kunci agar di lepaskan dari kesulitan dan mendapat rejeki yang tak terduga adalah bertaqwa kepada Allah (menjalankan perintahnya menjauhi larangannya mengerjakan yang sunat dan menjauhi yang makruh dan mubah) salah satu cara membina ketaqwaan adalah dengan puasa yang benar (imsyaaak/menahan dr makan, minum, berhubungan suami istri, emosi, nafsu ,berpikir jelek berkata jelek bertindak jelek khusunya pada siang hari (subuh samp[ai maghrib point empat dst selamanya ) dan setelah menjadi orang yang taqwa maka bertawakal kepada Allah senantiasa berkekalan mengingat Allah tidak menjadi pribadi yg penakut/ pengecut dan kaawtir (wala tahzanu wala tahinu) tidak malas dan Ogah ogahan, tidak terlilit hutang tidak boros dan beku Mbegedut (tidak bisa menerima pendapat orang lain) , bila hal ini dilakukan insya ALLAH akan diridhoi dan menjadi orang kaya yang nikamat di lepaskan dari segala kesulitan dan di hampiri rejeki (bukan hanya uang dan materi saja termasuk juga hidayah kesehatan keselamatan dan kebahagiaan adalah rejeki juga) Kuncinya adalah IMSYAAAAAK pak KAji tap[i nggak Pake NGIIIIIIIING karena bisa menahan untuk tidak mengambil yg bukan hak nya.Semoga bertmanfaat mohon maaf bila tidak berkenan Wassalmualaikum wr wb

    Reply
    • July 1, 2015 at 1:35 am
      Permalink

      siap kang Agus..
      untung lagi saiki saya crito, klo njenengan taunya jaman SMA, mesthi njuk disadhug po kon push-up sayanya yes… hehe

      salam keluarga mas Agus…

      Reply
  • June 30, 2015 at 7:55 am
    Permalink

    menarik rumusan rejekinya mas,mengkaji islam semakin dalam…lebih dalam lagi akan semakin jernih airnya

    Reply
  • June 30, 2015 at 10:39 am
    Permalink

    Hmmm….aku mbayangke saiki mesjide ki nang sebelah ndi to Om Kaji? Lor ril po?
    Selanjutnya ditunggu “resep didatangi rejeki” nya pak Maksum yo…!!??

    Reply
  • June 30, 2015 at 12:03 pm
    Permalink

    Kalo sy membaca critanya kenapa Pak Maksum bisa didatangi rejeki krn rejeki itu ada yg nyiptakan dan kebetulan Pak Maksum itu telah banyak membantu yg menciptakan rejeki itu sensiri dg memanggil orang2 utk sholat setiap hr agat bertemu dg pencipta rejeki yaitu wawam rembuk ke Sang Khaliq dg kata lain lewat sholat, krn pencipta rejeki telah ber firman yg kurang lebih dwmikian….,”wahai dunia (rejeki dlm maksud ini) tinduklah kepada orang2 yg menjauhimu tapi kepada orang2 yg ingin menundukkanmu maka larilah” nah mungkin ini yg terjadi thd Pak Maksum…WaAllahu ‘alam

    Reply
    • July 1, 2015 at 1:32 am
      Permalink

      matur nuwun ulasannya mas Farid yes…

      salam…

      Reply
  • June 30, 2015 at 10:05 pm
    Permalink

    Kejadian nya sekitar tahun 1979 yaa mas…. ? Berarti pada saat itu usia panjenengan sekitar 10 tahun an yaa… ? Anak laki2 usia 10 tahun memang lg ngglidig2 e … Dan seringkali membikin ulah ….
    Tapi tetap saja … Kalau menurut saya… tindakan pak Maksum memberikan tamparan kepada seorang anak berusia 10 tahun yang kebetulan adalah panjenengan … Adalah merupakan tindakan yang kurang bijaksana…. Apapun itu alasan nya …. Apalagi mengingat bunyi “ngiiiiiiiing” yang ditimbulkan nya … Berarti tamparan itu dilakukan dengan cukup keras …. Kekerasan yang dilakukan terhadap seorang anak …. Baik berupa kekerasan verbal … Apalagi kekerasan fisik …. Adalah merupakan tindakan yang kurang bijaksana dan sebaiknya tidak dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak anak …. Luka fisik yang ditimbulkan nya mungkin akan cepat sembuh… Akan tetapi luka batin nya biasanya akan membekas …. Terbukti pada saat itu ” kajiedan kecil ” sampai sampai hampir berkesimpulan untuk meninggalkan keimanan/keislaman nya…. Beruntung hal itu tidak sampai terjadi… Dan “kajiedan kecil” tidak sampai kehilangan hidayah Nya ….
    Masalah rezeki … Adalah rahasia sang khalik… Asal kita mau berusaha … Berikhtiar ….. Mencari nafkah untuk keluarga kita secara halal … InsyaAllah akan selalu ada rizki yang kita dapatkan … Yang besar kecilnya tentu saja tidak sama untuk setiap orang… Tergantung dari seberapa keras usaha kita dalam mencari nya … Dan seberapa besar jatah rezeki kita yang telah digariskan oleh Nya …. Tentu saja kita masih bs meng Up grade rezeki kita … Salah satunya … Adalah dengan bersedekah … Seperti juga yang telah banyak panjenengan bahas dalam tulisan2 yang sebelumnya…
    Semoga semua tulisan 2 panjenengan dapat menginspirasi dan memberikan suri tauladan yang baik … Dan memberikan manfaat terhadap sesama … Barakallah ……

    Reply
    • July 1, 2015 at 1:30 am
      Permalink

      Hahaha..
      ngga gitu2 amat koq dik Aries..
      lha saya akhirnya ikhlas koq dapat ‘ngiiiiiiiiing’.. wong nyatanya membikin geger wong sak kampung… hehehhe.. apalagi yg ngasih ‘ngiiiiiiiiiing’ itu idola saya.. yaa bayanginlah klo kita kepidak Michael Jakson…walopun sakit, pasti akhirnya kita mbalah cerita dengan bangga kepidak idola kita yes..

      salam keluarga dik…

      Reply
  • July 1, 2015 at 2:44 pm
    Permalink

    Mas Kaji, aku sudah mbaca tulisan panjenengan semuanya di website ini, aku salut sama perjalanan hidup panjenengan, juoss gandhos, inspiratif dan jeroo tenan, sangat njawani, njogjani banget. Aku juga wong jogja mas sing ngangsu kawruh nang Jkt, dan cerito2 panjenengan tentang Jogja dan lainnya sebagian pernah rodo melu ngrasakne, kaya mas Dewo dadi MC acara musik rock jaman UGM sering nganakne band2an di tahun 90’an, aku termasuk sing nonton mas, nek level e sampeyan kan sing neng panggung heheh nek aku sing nonton wae karo mlongo.
    Terus terang aku nemu website panjenengan iki seko kancaku sing wis tau dadi karyawane panjenengan, dan alhamdulilah tulisan2 panjenengan menurutku kok cocok dadi inspirasiku mas, dan mugi2 aku bisa ketularan dadi kaya panjenengan, iso legowo, ikhlas, sukses tapi tetep opo anane, asal ra melu lemu karo sarungan mas, aku ra cocok soale hahaha… matursuwun mas mugi2 tansah keparengan sehat, sukses lan migunani kagem sedoyo…

    Reply
    • July 1, 2015 at 4:34 pm
      Permalink

      hahahahahaa..
      suwun atas waktunya moco nganti entiiiik…

      ning nak masalah lemu ro sarung, kwi memang tak sengojo koq mas..
      lha bayangin nak aku njuk tampil nggantheng njuk atletis, njuk dandan sport.. wiiiiiih, opo ra malah ruweet ndonyaku….

      makane iki tak sengojo ben tampil eliiiiik, ben ra payuuuu mas

      salam yes

      Reply
      • July 1, 2015 at 10:26 pm
        Permalink

        Nek panyu rasah disengojo pancen wis elik mas hahahah

        Reply
  • July 14, 2015 at 4:40 pm
    Permalink

    Saya selalu mengikuti tulisan pak kaji edan luar biasa mas, oh ya saya heran kenapa pak maksum menampar mas ya? Kan yg di lakukan mas sudah benar. Dan kenapa bapak bapak juga protes akibat mas bangunkan sahur?

    Reply
  • July 16, 2015 at 12:35 pm
    Permalink

    Pak kaji musti JOS n mantab kalo bengok nek deh..tapj pengalaman yg sampai sekarang ga pernah lupa to pak apalagi suara tawong di telinga…nging……… Mantan pak kaji…sepertinya pak maksum ngajukan proposalnya secara rutin dan tertib di denger BOS makanya rejekinya lancar…

    Reply
  • June 9, 2016 at 12:35 pm
    Permalink

    Hahahahahuahaaaa…Nanti kalo ketemu “Mas Harto” tak putar ulang ya Pak Bozzz…
    Kebetulan saya masih sering kontak dg beliau…hehehe

    Reply
  • June 9, 2016 at 4:51 pm
    Permalink

    Cah siji kiyn… ancen no … jyaannnn

    Reply
  • May 16, 2019 at 6:37 am
    Permalink

    Lucuuu .. tapi bener sakjane. Sy menyayangkan Pak Maksum menempeleng. Tapi memang, tdk semua org bisa mudah menerima kebenaran kalau kebenaran itu berbeda dgn yg selama ini biasa dilakoni …

    Reply

Leave a Reply to kajiedan87 Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *