‘Lomba Lari Lompat Gawang’ yang tak pernah finish..
Kapan itu ada temen saya yang ngeluh.. sudah beberapa kali dia pindah pekerjaan, tapi tetep saja nggak ketemu yang sesuai dengan maksud hatinya.. akhirnya dia pindah cari pekerjaan lain lagi, kalau ngga salah ini udah yang ke 4 kalinya dia pindah pekerjaan..
Di tempat pekerjaan pertama dia punya masalah dengan teman sekamarnya..
Di tempat pekerjaan kedua dia ngga cocok dengan bossnya yang kelewat galak..
Di tempat pekerjaan ketiga dia bilang terlalu jauh dari rumahnya..
Di tempat pekerjaan keempat kebanyakan lembur..
Demikian seterusnya..
Kepada teman saya itu, saya bilang begini:
“Hidup ini persis kayak Lomba Lari Lompat Gawang.. kita yang harus lari dan melompati gawang penghalang tersebut.. jadi jangan pernah berharap gawangnya yang akan merendah pada saat akan kita lalui.. dan lebih hebatnya lagi.. ini tidak akan pernah ada finishnya.. yang ada hanyalah kita yang menyatakan berhenti dari lomba tersebut atau Allah memang ‘memfinishkan’ kita..”
Kira-kira penjelasannya begini..
Yang namanya Lomba Lari Lompat Gawang ya pasti akan begitu.. pokoknya lari, trus ada gawang yang musthi kita lompati.. bahkan, walaupun kita sudah jadi Atlit dan juara tingkat duniapun.. yaa tetep harus melompati gawang tersebut.. bukan berarti kalau kita udah jadi juara dunia trus bisa atau boleh nggak melompati..
Yang ada hanyalah, kalau kita jadi juaranya.. berarti kita sudah sering ketemu dan berlatih melompati ‘si gawang’ tersebut.. sehingga lebih mudah atau lebih cepat dari yang lainnya..
Memang ada perbedaan yang signifikan tentang lomba ini dalam ‘dunia Olahraga’ dibandingkan dalam ‘dunia nyata’:
• Dalam ‘dunia Olahraga’, jarak tempuh lomba tertentu dan ada finishnya, gawang yang musthi kita lompati sudah ditentukan tingginya dan seragam, jarak antara gawangpun sudah diatur konstan, dimulainyapun ada aba-abanya.. sehingga mau 1 orang, 10 orang maupun ratusan orang ikut lomba ini, mereka akan mengalami lintasan yang sama, hambatan yang sama di arena yang sama..
• Sedangkan dalam kehidupan nyata.. kita tidak akan pernah tahu jarak tempuh lomba, tidak akan ada finish, gawang..atau rintangan yang akan kita lompati sangat..sangat..sangat variatif, tanpa aba-aba.. dan hanya kita sendiri yang bisa menentukan dan mengerti kapan mulainya.. seorang peserta dengan peserta lainnya akan menghadapi hambatan yang berbeda.. bahkan sangat berbeda..
Dalam ‘dunia nyata’.. teman kerja, boss, rekan bisnis, bapak, ibu, sodara, anak, istri, mertua, tetangga, masyarakat, suasana kantor, proyek, pelanggan, income (baik yg lebih maupun kurang), dan seterusnya itulah gawang-gawang yang harus kita lampaui..
Kalau kita umpamakan tingkat kesulitannya dengan ketinggian, maka ada yang dapat kita lampaui hanya dengan ‘lompatan’ kecil, ada yang musthi kita loncati sambil kita injak ‘si-gawang’.. adapula yang harus kita ‘daki’..
Yang jelas.. dalam ‘lomba’ ini, kita sendirilah yang harus bisa mengatur strategi, mengatur energi, menentukan suatu rintangan itu kapan harus dilompati, kapan harus dilompati sambil diinjak atau kapan harus didaki.. karena ingat.. setelah kita selesai melompati satu gawang.. masih buanyak gawang-gawang lain di depan kita..
Kenapa koq saya bilang ngga’ ada finishnya.. Lha gimana akan ada finishnya, Lha wong yang namanya ‘pensiun’ itu saja juga merupakan ‘gawang’ yang musthi kita lompati juga.. tapi yang jelas, saran saya.. jangan pernah berpikir bahwa menunda melompati salah satu rintangan atau mencari jalan pintas akan memperingan beban anda.. dia akan selalu muncul dan lebih membebani anda selama ‘lomba’..
Tips-Tips khusus untuk melompati gawang (menyelesaikan masalah)..
(ini hanya berdasar yang pernah saya alami lho..)
1. Bahasa
Coba kita lihat kebelakang.. sepertinya faktor ini yang paling dominan menggagalkan kita dalam ‘melompati’ gawang.. sepertinya sepele, tapi ini yang paling sering terjadi.. Kalau saya andaikan:
• Ngomong sama ‘wong londo’ ya kudu boso londo..
• Ngomong sama ‘wong jepang’ ya kudu boso jepang..
• Ngomong sama ‘kyai’ ya kudu boso kyai..
• Ngomong sama ‘maling’ ya kudu boso maling..
Di sini bukan berarti bahwa kita musthi bisa semua bahasa mereka.. Ya Enggris, ya Belanda, ya Batak, ya Arab..etc.. Tapi kita musthi selami mereka, kebiasaan mereka, pola pikir mereka.. sehingga kita ngomong seolah bagian dari kelompok mereka..
Seperti contohnya:
kita masuk di gerombolan pemabuk.. tiba-tiba situ datang terus langsung ngomongin betapa berdosanya minuman keras.. betapa merusak kesehatannya obat terlarang.. betapa merugikannya Narkoba.. kiro-kiro apa hasilnya… dicueeekiiin..!!
Contoh lain:
Kita sendiri kalau pas sedang belanja di pasar.. andai kita orang jawa, pasti akan merasa lebih senang berbelanja pada pedagang yang juga orang jawa.. mungkin karena pertama-tama berasa lebih enak ngomongnya..setelah itu kemudian timbul rasa akrab.. trus disusul timbulnya rasa percaya bahwa dia lebih murah daripada pedagang di sampingnya yang kebetulan saja orang batak.. trus akhirnya jadi langganan, tanpa pernah lagi ngecek harga kiri & kanan.. padahal buanyak pedagang yang orang padang, batak sunda yang lebih murah dari pada ‘si-jawa’..
Dari contoh di atas.. sebetul-betulnya yang di maksud ‘BAHASA’ itu bukan koq kita musthi fasih bahasa jawa ataupun ikut-ikutan mabuk.. tapi lebih ke arah kita musthi bisa membaca, memahami, menyelami calon lawan bicara kita agar lebih mudah menimbulkan rasa nyaman dan percaya pada mereka..
2. Posisikan kita sebagai mereka..
Kata-kata yang paling sering timbul dan kita pergunakan dalam menghadapi suatu rintangan, atau masalah terutamanya pertentangan adalah.. “Padahal kalau menurut saya…” dan jarang sekali kita ngomong apalagi berpikir, ”Mungkin, menurut mereka sebaiknya…”
Pada setiap saya mengalami jalan buntu pada sebuah ‘perselisihan’.. biasanya kemudian saya berhenti.. dan saya mencoba ‘menjadi’ mereka.. insya Allah nanti akan ketemu jalan tengahnya.. sebab akan jauh sekali berkurang kata-kata atau pemikiran, “Padahal kalau menurut saya..”..
Memang tidak gampang bagi kita untuk mencoba memulai berpikir ‘sebagai’ mereka.. jangankan memulai.. untuk ‘mau’ saja kadang ‘sisi ego’ kita sudah menolaknya terlebih dahulu.. padahal percayalah.. ini kunci yang paling mudah.. dan paling murah..
Dulu..dulu sekali, daripada ngantuk di dalam bis kota saya sering mempergunakan waktu untuk ‘berandai’ menjadi:
• Seorang direktur.. mbayangin andai punya perusaan yang guedhe, banyak anak buah & ngatur mereka.. ngambil langkah-langkah trobosan.. mbayangin betapa senangnya para karyawan, jika saya bisa punya waktu mendatangi rumahnya, kenal satu persatu karyawan dan keluarganya.. (walaupun pada session ‘mbayangin’ kali ini akhirnya saya geli sendiri, lha trus kapan kerjanya kalo’ tiap hari nyambangin kenalan sama keluarga karyawan.. he..he..)
• Menjadi pengacara.. kalau nggak salah ini pernah tak bayangin pada saat saya KKN di Nglipar Gunung Kidul bareng sama adiknya Jaksa Agung waktu itu pak Karton (Alm) yang kebetulan berprofesi sbg pengacara.. Karena polah tingkah dan sifatnya.. aku njuk tergelitik untuk mbayangin bagaimana caranya menjadi Pengacara yang baik dan benar tapi tetep kudu sugiih.. tapi hasil ‘bayanganku’ pada saat itu.. menghapus KKN tersebut kayaknya susah dilaksanakan, ini terbukti dengan merebaknya kabeh ‘pengacara’ menjadi Sugih sejak jamannya Pak Harto Lengser dan kasus korupsi merebak.. malah,bahkan sekarang ini saya tambah bingung.. (tanpa bermaksud menuduh ataupun mencurigai) setelah dateng ke rumah Adnan Buyung Nasution.. Lha koq tiba-tiba beliau jadi suuugiiih poooll..??
• Menjadi polisi Indonesia yang baik & benar ning sugih.. ‘mbayangke’ ini timbul tahun 92-an saat pertama kali saya ikut belanja mesin photo copy bekas di Singapore.. ada 2 kejadian yang ‘mempesonakan’ saya waktu itu..
PERTAMA: Ketika mobil yang kami pakai berhenti di tempat yang ada tanda larangan Parkir.. motor patroli hanya berhenti di belakang mobil kami dan menyalakan lampu motornya beberapa kali menyuruh kami jalan .. Spontan waktu itu saya Buiiinguung Poool.. Koq ngga’ ditilang yaa..??
KEDUA: Pas malam-malam saya makan Mc Donal di Orchard Road.. ada 4 orang pemuda tampil rapi naik sebuah mobil Mitsubishi Eterna berhenti ikut makan.. setelah ngobrol akhirnya tahu kalau mereka itu Polisi.. Dari kejadian PERTAMA & KEDUA di atas.. kalau saya gabungkan malah jadi bingung aku.. Bagaimana mereka bisa tampil rapi & sugih sedangkan mereka kayaknya tidak ‘maruk’ cari tilangan.. padahal Eterna waktu itu termasuk mobil mewah lho..
• Bahkan saya pernah ‘mbayangin’ menjadi Menteri..’mbayangin’ yang pertama Menteri PU, ini sehubungan dengan usaha saya mencari cara agar terkabul permintaan kami dapat bantuan Gelagar Jembatan.. (lihat di cerita ‘Misteri Jembatan Ngotho’) ‘Mbayangin’ menjadi Menteri yang baik & benar tapi tetep sugih untuk kedua kalinya saya ulangi setelah kembali saya ‘terpesonakan’ oleh Singapore.. bayangin saya diajak oleh temen yang orang Singapore, ngobrolin perijinan pengembangan usaha eksport dia dengan menteri keuangan ‘hanya’ dengan minum kopi di lobby sebuah hotel.. Lha trus otomatis pikiran saya melayang-layang mbayangin andaikata saya jadi menteri di Negara kita dan saya terapkan caranya menteri Singapore itu.. trus kapan bisa ‘ngomongin’ dhuitnya yaa..??!! hehehe..
Masih banyak lagi peran-peran yang pernah saya ‘bayangin’.. Mungkin ‘latihan menjadi’ tersebutlah yang mempermudah kita untuk mau dan dapat berpikir serta memposisikan diri kita sebagai ‘mereka’..
3. Jalani saja..
Katanya agama,”Hidup di dunia ini hanyalah ujian saja.. dan Tuhan tidak akan pernah memberikan soal ujian yang tidak mampu dikerjakan oleh umatnya” …
Maka kata saya,”Jalani saja..”
Ada beberapa hal yang membuat saya berpikir seperti itu:
• Seperti ulangan (test) pas jaman sekolah.. Pada saat sekolah dulu, saya sering mengalami beberapa ‘keanehan’ yang membingungkan tentang ulangan.. Kadang saya berasa sudah sangat cukup belajar sehingga sangat yakin bisa mengerjakan ulangan dengan mudah.. dan saat mengerjakanpun saya berasa gampang.. Lha koq pas pembagian hasil ulangan.. nilainya 6.. Tapi kadang pula saya sudah kawatir dengan persiapan belajar yang minim, trus pas ulangan berasa ‘pas-pasan’.. Lha koq malah dapat nilai 7..
Dan saya yakin andapun pasti pernah mengalami keberuntungan yang luar biasa tentang ulangan ini: Pas enggak atau lupa belajar.. Ulangannya mudah.. atau bahkan ditunda..
Maka kata saya,”Jalani saja..”
• Badai Pasti Berlalu.. Karena saya pernah ngalami masa sulit selama kurang lebih 11 tahun.. Maka sekarang-sekarang ini jika saya mengalami hal-hal yang sulit, saya selalu berjalan maju.. dengan satu pengharapan dan keyakinan..”Ini pasti akan berakhir..”, entah besuk.. lusa.. tahun depan, atau bahkan mungkin 11 tahun yang akan datang..
Maka kata saya,”Jalani saja..”
4. Jangan segan-segan berbagi perbekalan.. kalu perlu gratis..
Kita musthi selalu ingat.. Lomba ini tanpa finish.. dan masih buanyak ‘gawang’ yang harus kita lompati.. dan ‘gawang-gawang’ yang telah kita laluipun kebanyakan bukan karena ‘Lompatan tunggal’ kita.. Masih banyak ‘lompatan-lompatan’ di depan yang kita juga akan butuh bantuan orang lain.. maka kalau pas kita punya kesempatan membantu.. bantulah..
Dulu.. pertama kali lihat Rudy Choirudin tampil di TV membeberkan rahasia-rahasia resep masakannya, bingung aku. Koq berani-beraninya dia memberikan seluruh rahasianya ke orang lain.. di TV lagi..
Tapi sekian saat kemudian saya mikir.. dan mungkin juga Rudy Choirudin berpikir sama seperti yang tak pikirkan.. “Resep atau Teori boleh sama.. tapi di tangan orang lain hasilnya pasti akan lain..”. Kalau ngga percaya coba perhatikan.. warung-warung Indomie bertebaran di Jakarta, tapi rasane belum pernah aku nemuin yang rasanya sama..
Jadi.. jangan takut-takut bagi-bagi Resep, Teory, atau pengalaman kepada orang yang membutuhkan..
Lha terus kalo masalah amunisi..dhuit..??
Ojo Kawatiir.. Bukankah Tuhannya kita udah njanjiin.. “Beramal itu kayak Amway.. MLM.. Satu Biji amal akan tumbuh 7 batang, dan masing-masing batang akan tumbuh 100 buah..” Jadi saya pegang aja janji-Nya..
Dadi kalau nyumbang 1 jt saya pasti akan mendapatkan hasil 700 juta.. Aman.. dan Pasti..!! KarenaTuhannya kita sudah janji.. hanya saja ada kata lanjutan dariNya yang kadang membuat sebagian manusia ragu, “Kalaupun Aku tidak sempat memberikannya di dunia.. maka akan tercatat sebagai amalanmu..” (Tapi apapun..Ini yang membuat saya tidak perah ikut bisnis MLM kayak Amway atau CNI.. Lha gimana, Amway-nya Gusti Allah itu Dunia akherat jee..)
Jadi Akhirnya saya putuskan..
Setelah saya amankan dhuit kebutuhan setahun anak istri saya.. sisanya tak pakai untuk mengembangkan bisnis saya.. dan sekitar 40%nya saya belikan saham Amwaynya Allah.. Karena saya yakin Tuhan kita itu nggak bakalan nglariin modal kita..
Jadi saya rasa.. walaupun sangat tiiiipiiis perbedaanya.. saya yakini bahwa..
Hemat Perlu.. Tapi Pelit itu Haram..!!
(Re-launch dari tulisan Kaji Edan pada Tanggal 8 September 2006)
Saya sependapat pak kaji…..
Majuuu terus pantang munduuuurr
Terima kasih pak haji,jadi makin terbuka pikiran saya…hehehehehe..mantap
Betul sekali mas…selama kita masih nglakoni urip…pasti akan selalu berhadapan dengan masalah….tapi bagaimanapun juga…the show must go on…jadi ….spt salah satu prinsip panjenengan…Jalani saja…Badak pasti berlalu….kalau kita mau berikhtiar…pasti akan selalu ada jalan keluar….
Akan Sangat bijaksana …apabila kita bisa memahami cara berfikir orang lain dan mampu memposisikan diri kita sebagai mereka…..tentu hal itu akan sangat membantu kita dalam rangka pemecahan masalah…..tapi tentu saja tidak setiap orang mampu dan mau melakukan hal tersebut..
Apalagi ditambah dengan prinsip panjenengan yang terakhir…yaitu Berbagi atau basa londo nya Sharing ( londo inggris )….. Dengan melakukan Sharing..
Baik itu dalam bidang software ( idea / pemikiran ) atau hardware ( barang / uang ) maka panjenengan akan mendapat simpati dan empati dari orang lain…..dan tentunya Otomatis juga pahala dari Allah swt. Sing nggawe urip…Amiin…yra…
siappppppp
laksanaken,
Kok tumben jeneng-ku ra disebut Pak Haji hehehehe
–membo2 dadi Arief —
hehe.. ono mas nug.. tapi msh disimpen, buat artikel berikutnya…
pertama kali dolan jakarta ama si arief yes….
salam
siiiip, jempoool…
“Badai Pasti Berlalu.. Karena saya pernah ngalami masa sulit selama kurang lebih 11 tahun.. Maka sekarang-sekarang ini jika saya mengalami hal-hal yang sulit, saya selalu berjalan maju.. dengan satu pengharapan dan keyakinan..”Ini pasti akan berakhir..”, entah besuk.. lusa.. tahun depan, atau bahkan mungkin 11 tahun yang akan datang..”
Yes pak, After every storm comes a rainbow. Alloh has perfet timing, never early, never late. It takes a little patience and faith, but its worth the wait.
Masalahnya Patience (kesabaran) dan faith (keyakinan) yang terkadang belum dimiliki oleh setiap orang (mungkin saya termasuk salah satunya, hehehe). Kesabaran dan keyakinan bahwa badai pasti berlalu. Sudah berburuk sangka dulu terhadap ketentuan Big Boss. Padahal kan Beliau yang Maha Mengerti apa yang terbaik bagi umatNya, Beliu tidak pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan umatNya.
Jadi teringat tulisan di masjid depan kantor saya dahulu,
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” QS 13:11
Nah selain kesabaran dan keyakinan, butuh juga yang namanya usaha. Dengan adanya usaha, badai, halangan, dan rintangan akan lebih cepat terlewati dari pada hanya menunggu dengan sabar dan yakin. Daripada nunggu badainya lewat, mending kita dayung perahu kita untuk keluar dari badai tersebut.
Tulisan yang menginspirasi pak. Matur nuwun.
Tooooooooop…
Suwun atas komentar yg mengspirasi juga mas….
mBayangke dadi Pak Kaji wae….
Ijin nyimak pak , baru dapat link di Fb kmd coba saya klik. Rasanya akan banyak belajar di tulisan2 bapak .
Maturnuwun
Subhanallah… Bikin saya jadi lebih damai menjalani pekerjaan. Saya PNS mudah2an iso sugih tanpa werno2 ya pak.
TOP BEGETE tenan pak Kaji, ijin share ya, buat temen-temenku supaya dapat pencerahan juga seperti saya dari panjenengan