7 Pertanyaan Wisudawan Baru Tentang ‘Wiraswasta’

"WISUDA SARJANA.. bukanlah suatu tujuan akhir, ini baru awal dari sebuah perjuangan hidup”
“WISUDA SARJANA.. bukanlah suatu tujuan akhir, ini baru awal dari sebuah perjuangan hidup”

Tanya jawab 7 pertanyaan wisudawan baru tentang ‘Wiraswasta’ bersama Kaji Edan..

1. Menurut Anda, di tengah sulitnya mencari pekerjaan, seberapa penting mencoba untuk berwiraswasta?

Mencoba berwiraswasta?? 101% penting.. kira-kira begini penjelasannya menurut versi saya.

Harus kita sadari bahwa Kalian memang sedang sial..
Kalian diluluskan dan diwisuda pada saat Negara Tercinta ini sedang berantakan.
Pemerintah kita telah gagal untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, menjaga kewibawaan serta kepastian hukum, hal tersebut berakibat larinya para investor yang artinya semakin sedikit lapangan pekerjaan di sektor swasta.

Sedangkan untuk menjadi pegawai negeri??
Saya berani jamin,” Hanya akan 1% Wisudawan yang bisa menjadi pegawai negeri tanpa KKN dan memberikan ‘Uang Muka’ “

Oleh karenanya..
Menurut saya, “Walaupun sedikit terlambat, tetapi ada baiknya kita segera mencoba berwiraswasta”. Dengan mencoba berwiraswasta berarti kita akan mencoba pula menggali potensi diri dan mengaktualisasikannya .

Saya katakan terlambat, karena memang sebaiknya sejak kecil yang namanya ‘berwiraswasta’ mulai kita kenal.

 

2. Apa sebenarnya kelebihan mengambil jalur wiraswasta di banding mencari kerja?

Semakin cepat mengambil jalur wiraswasta, semakin cepat pula kita akan mengetahui kemampuan serta potensi yang ada pada diri kita serta tetap terus mengasah otak untuk selalu mencari ‘jalur rejeki’…

Hal di atas itu saya rasa lebih bermanfaat dari pada:

  1. Ke Gramedia mencari buku panduan ‘Cara-cara membuat Surat Lamaran Kerja
  2. Beli Koran untuk ngelihat kolom Lowongan Pekerjaan.
  3. Mengetik puluhan surat lamaran kerja
  4. Photocopy puluhan lembar ijasah SD hingga Sarjana
  5. Bolak-balik Ke kantor Polisi mencari SKKB
  6. Masih minta duit ke ortu untuk ongkos ngirim atau nganterin surat lamaran
  7. Minta duit lagi untuk ikutan test di Jakarta atau manapun
  8. Membuang waktu berminggu-minggu untuk menunggu surat jawaban yang pasti isinya “Mohon maaf..bla..bla..bla..” yang intinya TIDAK DITERIMA.

Kelebihan-kelebihan lain jalur Wiraswasta (sekali lagi ini juga menurut saya):

  1. Tidak akan pernah dipusingkan dengan yang namanya birokrasi di dunia pekerjaan kita karena kitalah yang akan menciptakan si’Birokrasi’ itu, bayangkan jika menjadi pegawai baru.. kayak Opspek bok..
  2. Dapat lebih mengatur waktu, rejeki, lokasi kerja dari pada menjadi pegawai.
  3. Lebih bisa menjadikan hidup ini ‘penuh warna’, sebab tidak terjebak rutinitas seperti halnya Pegawai.
  4. Dan yang lebih serem… “kita bisa punya pegawai..”

3. Resiko semacam apa yang mungkin dihadapi ketika memilih untuk berwiraswasta?

Resiko..
Saya rasa semua pilihan jalan hidup kita pasti mengandung resiko.. Dengan bekal ‘Pola Pikir’ sarjana tadi, seharusnya kita sudah dapat memandang, mengamati dan mengeliminir si-‘Resiko’.

Menurut saya..
Resiko terkecil dari wiraswasta adalah ‘Bisnis Seret’..
Sejauh pengamatan saya, kemungkinan terbesar hal ini timbul karena kemalasan si pelaku bisnis untuk melihat dan membuka peluang.

Resiko terbesar adalah gulung tikar..
Siapapun pelaku Wiraswasta pasti akan tersentak setiap terbayang yang namanya ‘Gulung Tikar’… bahkan saya sendiripun tidak pernah berani membayangkannya. Oleh karenanya kita harus setiap saat mencegah dan menghalau si-’Gulung Tikar’ ini agar tidak mendekat pada bisnis kita.

Selain karena ‘Kehendak Allah’ (force majeur).. Penyebab gulung tikar terbesar adalah gagalnya kita memanage Hawa Nafsu, terutamanya Nafsu Harta (untuk cepat dapat untung besar), walaupun nafsu Wanita dan Nafsu Tahta (orang jawa bilang: Ora kuwat kanggonan bondho) juga besar kontribusinya.

4. Menurut pengalaman Anda, bagaimana cara memulai wiraswasta yang baik?

Tidak bisa kita pungkiri, faktor gen berbicara disini.. Yang saya maksud kira-kira begini:
Bapaknya Polisi, besar kemungkinan dan lebih mudah bagi anaknya jadi polisi juga. Bapaknya Pegawai Negeri, anaknya jadi pegawai negeri. Orang tuanya ‘Bakul Pasar’.. akan lebih mudah pula bagi anaknya untuk jadi pedagang.

Sejak kecil, seorang anak pasti sudah mengamati lingkungannya, seperti halnya yang saya alami.. Awalnya Ibu saya jualan di Pasar Beringharjo, kemudian jualan mebel, rumah saya nempel dengan toko mebel tersebut, akhirnya saya mempunyai tekad untuk bisa cari duit tapi ngantornya di rumah.

Alhamdulillah sekarang berhasil ngantor di rumah, sehingga roda bisnis saya memang saya atur dari rumah. Nah rupa-rupanya hal tersebut juga tidak lepas dari pengamatan anak saya yang baru duduk di kelas 3 SD. Sejak kelas 2 dia sudah mencoba (tanpa saya suruh) jualan Es dan kue bikinan sendiri (padahal rasane ora enak blass..). Ada yang dia edarkan keliling kampong sama temen2nya, ada juga yang dia titipkan di warung depan rumah.

Jadi..
Saya rasa akan lebih mudah bagi temen-temen wisudawan yang mempunyai orang tua ‘Bakul Pasar’ untuk segera memulai berwiraswasta. Akan tetapi bukan berarti ‘tidak bisa’ bagi temen-temen yang lain.

Langkah Paling Awal yang harus kita lakukan sebelum terjun berwiraswasta adalah:
MENGENALI SIAPAKAH DIRI KITA..

‘Kejujuran’ mutlak diperlukan untuk hal yang satu ini.. Kalo hasil perenungan kita mengatakan bahwa ‘diri kita’ hanya menguasai sisi Produksi, maka segeralah berfikir untuk mencari teman yang menguasai Marketing, demikian juga sebaliknya..
Sebab biasanya orang masih belum bisa membedakan dan cenderung mensalahartikan ‘Wiraswasta’ dengan ‘Mandiri’.

5. Setahu Anda, seberapa besar kontribusi ilmu yang diperoleh di kampus terhadap bidang yang Anda ambil?

Pola pendidikan di negara kita telah gagal menciptakan ‘MANUSIA SIAP PAKAI’.
Mereka baru bisa sampai ke taraf membedakan ‘Pola Pikir’. Paling tidak ‘Pola Pikir’ Lulusan Sarjana akan lain dengan ‘Pola Pikir’ lulusan SMA, SMP ataupun SD.

Banyak temen-temen mahasiswa yang terjebak dalam suatu kerangka pemikiran “belajar giat, mengejar IP & WISUDA”. Ternyata setelah kita lulus dan terjun langsung ke kancah pertempuran yang sesungguhnya… baru kita sadari bahwa “WISUDA SARJANA.. bukanlah suatu tujuan akhir, ini baru awal dari sebuah perjuangan hidup”

Ibarat agen polisi di film Hollywood, ijasah Sarjana itu baru merupakan SURAT IJIN PEGANG PISTOL..Tapi kenyataannya mereka belum tentu bisa menembak dengan baik.. apalagi membidik sasaran dengan tepat.. Maka saya salut jika sering terlihat beberapa polisi lalu lintas yang sadar untuk menyimpan PISTOLnya di laci kantor, dan dia berjaga di perempatan dengan sarung pistol yang mereka isi dengan BUKU TILANG (ini menurut saya termasuk Polisi yang inovatif..)

Jadi kesimpulannya menurut saya: minimal kita sudah dibekali ‘Pola Pikir Sarjana’..
Itu thok, alias ‘hanya itu’…

6. Bagaimana sebaiknya lulusan menghadapi pandangan masyarakat, yang tetap percaya bahwa bekerja lebih bergengsi daripada berwiraswasta (karena pada awalnya, wiraswasta tentu tidak langsung besar)?

Jangan kawatir…
Masyarakat memang sadis..
Tapi mereka pasti akan segera berubah pandangan mana kala kita bisa naik Mercy S-320 dan banyak beramal untuk kegiatan sosial mereka.

7. Menurut Anda, apa yang harus diajarkan di perguruan tinggi agar lulusannya di masa depan lebih mampu untuk berwiraswasta?

Mungkin ada baiknya Perguruan Tinggi kita belajar lagi dan menengok kurikulum yang diajarkan di SMKK..
Praktek, terjun ke masyarakat harus imbang dengan teori..
Itu kuncinya supaya lulusan perguruan tinggi lebih mampu untuk berwiraswasta..
Nah,..ini yang namanya buka kartu:

(TAPI, INI RAHASIA..TENAN….JANGAN BILANG-BILANG KE DEKAN FAKULTAS TEKNIK…)

Semenjak semester III kuliah, saya sudah lari ke Jakarta untuk mencoba mencari ‘Jalur Rejeki’… Pulang 3 bulan sekali untuk ikut mid-semester dan semesteran.. Absen saya titipin ke temen-temen.. (sssst… janji yaa.. jangan bilang-bilang..Tenan kiiii….!)

18 thoughts on “7 Pertanyaan Wisudawan Baru Tentang ‘Wiraswasta’

  • March 5, 2011 at 4:43 pm
    Permalink

    Kesian bangsa kita ini, mentalnya memang banyak yg masih mental “ubab” (baca dari belakang),bisa dimaklumi karena mungkin terlalu lama dijajah so pengaruh juga ke kejiwaan kita.
    Ada temenku yg mau jadi pegawai kejaksaan biaya “SS..nya” 60 juta. Bener bener guebleg makan sabun.Moga-moga duitnya ngga ngutang..oooppss!!.duit segitu buat invest bisnis kecil kan sudah lebih dari cukup.Ada temen satu lagi th 1994 an buka warung ayam bakar (Ayam bakar Ganthari di Jakarta) dg modal cuma Rp 250 ribu sekarang sudah millioner dia,karena selain banyak cabang,dia merambah ke bisnis lain.

    Pingin judi halal just be an enterpreneur,I guess. he..3x.ngga perlu sekolah tinggi (not suggested), si Bill gate(microsoft) ,Dell (computer Dell), Ted Turner(CNN), all this rich men drop out sekolah semua.ohh well everybody has diffrent luck.

    Reply
    • March 5, 2011 at 4:44 pm
      Permalink

      Betul mbak atik..

      Seperti yang saya sampaikan.. semua pilihan itu selalu mengandung resiko..

      Karena menjadi karyawan juga merupakan suatu pilihan..maka otomatis akan mempunyai resiko pula..

      Sayangnya saya belum sempat nulis ‘menjadi Karyawan yang Handal’.. kapan-kapan tak tulisin deh mbak atik..

      Salam,
      Kaji Edan

      Reply
  • March 5, 2011 at 4:44 pm
    Permalink

    jadi pekerjapun resikonya sama juga dengan berwiraswasta.Kalo perusahaan bangkrut,karyawannya kena PHK. so samakan?!.

    Reply
    • March 5, 2011 at 4:44 pm
      Permalink

      Betul mbak atik..

      Seperti yang saya sampaikan.. semua pilihan itu selalu mengandung resiko..

      Karena menjadi karyawan juga merupakan suatu pilihan..maka otomatis akan mempunyai resiko pula..

      Sayangnya saya belum sempat nulis ‘menjadi Karyawan yang Handal’.. kapan-kapan tak tulisin deh mbak atik..

      Salam,
      Kaji Edan

      Reply
  • March 5, 2011 at 4:45 pm
    Permalink

    nduableg tenan…he..he..he untung pinter.

    Reply
  • March 5, 2011 at 4:46 pm
    Permalink

    Mas Anonymous, kalau sampeyan pernah dengar ceritanya Onny ini justru ngerjain kakak kelasnya pas diopspek, sampeyan bisa menyimpulkan bahwa dia bukan sekedar ndableg tapi memang pantas menyandang gelar edan

    Reply
  • March 5, 2011 at 5:47 pm
    Permalink

    Ora sah nyindiiiiiir…
    Nak pinter tenan..aku pasti wis iso njawab nang kolom komentar iki tidak dengan cara Anonymous..

    Israr ketoke lali ngajari aku iki..
    Hehehe..

    Salam,
    Kaji Edan

    Reply
  • March 30, 2014 at 5:07 pm
    Permalink

    Sip juragan…..
    Mbukak kursus pora ?….he…he…he

    Reply
  • March 30, 2014 at 8:30 pm
    Permalink

    Juooos…ni materi top bekal bg yg mau wiraswasta ,nggak perlu buaang2 wktu sehat-sempat adlh modal utama

    Reply
  • March 30, 2014 at 10:00 pm
    Permalink

    Memang betul pak kaji semua perlu dicoba dan digali sejauh mana kemampuan kita kecocokan kita ..krn sukses ada di depan kita….pokoke maju terus pantang mundur……walaupun harua pakai Winch (kata lurahder)

    Reply
  • March 31, 2014 at 8:06 am
    Permalink

    Betul yess, wiraswasta sebagian juga tergantung faktor gen, kondisi masa kecil (melihat ortu dll), kalo saya boleh tambahkan, satu lagi masalah “back up” pak. bukan berarti ortu harus sugih sak eram2, tapi lebih cenderung dr sisi mangement resedual risk nya (maksute nek misale bisnis gagal jek iso mulih nang omahe ortu heheh). mangkanya memang bener kata panjenengan, wiraswasta sebaiknya di mulai saat masih muda, karena resiko relatif lebih kecil (bukan resiko bisnis lho, tapi resiko ke kitanya dewe), kalo kita sudah “gede” dan banyak tanggungan, akan membuat kita lebih “takut” untuk memulai bisnis sendiri (apalagi kalo udah puluhan tahun jadi pegawai). sebagai contoh, anak bayi waktu masih kecil kalo dilembar ke udara sama bapaknya pasti malah ketawa2, oalnya dia tahu bapaknya bakalan sanggup nangkep dia balik, lha kalo kita dah gede gini, di lempar ke udara sama bapak kita, ya kita malah bakalan takut, iya nek bapak kita bisa nangkep kita lagi, kalo bisa pun, iya kalo masih kuat nahan, kalo ga kuat tus malah ke brukkan piye. jadi semakin gede kita, semakin banyaknya tanggungan, semakin takut kita mau mulai berbisnis sendiri dan semakin terjebak kita dalam lobang “pegawai kantoran”. mangkany biar cepet dan mudah sukses, kudu start dari muda. lak begono tok pak yes?

    Reply
    • April 1, 2014 at 7:27 am
      Permalink

      iyeeeessss TOOOP…
      nulis artikelnya mas.. nanti tak tempelno di sini, biar tambah rameeeeeee

      Reply
  • April 1, 2014 at 4:13 pm
    Permalink

    Setelah jadi karyawan selama lebih dari 5 tahun dan tahu ada temen2 yang sebaya, bahkan yang lebih muda sudah berani keluar dari “comfort zone”-nya dan berjuang di jalan wirausaha, saya isin rasanya. Ga ada apa2nya dibanding dengan mereka. Lha sama bakul siomay dan bakul bubur ayam langganan saya tiap pagi aja revenue perbulannya kalah. hahaha. Bapak ibuk saya memang aliran comfort zone. Di usia yang hampir kepala 3 ini, semoga tidak ada kata terlambat untuk menumbuhkan gen wirausaha di darah saya ini. Matur nuwun atas tulisannya yang menggugah semangat utk berwirausaha. Insya Alloh saya dan istri sudah niat dan menarget tahun ini sudah punya sesuatu yang bisa diperjualbelikan.

    “Entrepreneurship is living a few years of their life like most of people wont so they can spend the rest of their life like most people cant”

    Reply
    • April 6, 2014 at 7:56 am
      Permalink

      lha iYes tho Yesss… like nThat….
      hehehe

      Reply
  • April 1, 2014 at 5:59 pm
    Permalink

    ketika artikel ini dibaca ada yang menggelitik dihati yaitu penyesalan KGDD Kenapa Gak Dari Dulu..hihihi, padahal Gen bapak sy “Pedagang” karena berapa teman sy bilang pedagang itu beda dengan “Pengusaha” mohon pencerahan untuk ini pak Kaji.., balik lagi ke penyesalan, sekarang yang ada ketakutan takut gagal, karena udah ada istri yang siap mendebet rekening, lah kalo gagal saldoku ga bisa di debet sama istri.,hihihi, tapi semoga tak ada kata terlambat ketika ada peluang meski harus ada kesempatan dan momen, dari itu maka harus buat momen dengan banyak berdoa, membuat kesempatan dengan banyak bergaul, membuat peluang dengan banyak berusaha..itu,,:P

    Reply
    • December 24, 2014 at 11:36 pm
      Permalink

      Qiqiqi….
      Mas aang, permasalahan sampeyan juga sama koq ama saya…
      Bahkan STNK rumah saya aja juga atas nama istri saya..

      Tapi yg namanya usaha, rezeki dan bahkan pahala setelah kita berkeluarga adalalah andil dan milik bersama… Jelaskan saja pada nyonya, bahwa kita cowok2 ini sedang berusaha meningkatkan taraf hidup keluarga… Otomatis, dibutuhkan pengorbanan bersama yes….

      Selamat mencoba, dan salam buat pemegang saldo anda… Hehe

      Reply
  • April 2, 2014 at 10:53 pm
    Permalink

    Jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan memang sebaiknya harus ditanamkan sejak dini…sejak kita masih kanak2…mungkin klo kita tidak beruntung mendapatkannya dari orangtua kita…maka kewajiban kitalah sebagai orangtua dari anak2 kita untuk mewarnai pendidikan mereka dengan jiwa kewirausahaan..apapun itu bentuknya….syukur2 bs dengan praktek yang nyata….
    Beruntunglah panjenengan mas..yang sejak awal sudah punya “gen” ….dan juga tutor yang handal spt budhe Santi…dengan Santi Mebel nya……
    Jadi kangen niih… sm Pakdhe n Budhe…titip sungkem yaa mas buat mereka berdua…I Lv U …bro…

    Reply
  • May 19, 2014 at 2:40 pm
    Permalink

    Assalamu’laykum warahmatullahi wa barakatuh
    salam untuk bapak Onny Hendro. nama saya Dian Rimbayu, mungkin bapak tidak mengenal saya…tapi saya tahu bapak gara2 mengisi acara di pembekalan wisuda UGM Periode III 2013/2014. saya tertarik dan menanggapi pernyataan bapak dengan penawaran bapak mengenai usaha bisnis yang dilakukan oleh mahasiswa, saya punya sebuah ide yang sebenarnya sudah saya pikirkan bersama teman saya. saya berasal dari daerah ngapak yaitu Kabupaten Banjarnegara, saya ingin sekali mengembangkan daerah saya itu yang banyak orang mengatakan bahwa Banjarnegara adalah daerah yang sulit berkembang.
    saya punya sebuah ide untuk membuat kaos ngapak, itu tidak hanya akan mengenalkan Banjarnegara saja tapi juga daerah2 ngapak yang lain, dengan desain yang unik dan khas. tidak hanya kaos saja saya berfikir juga untuk mengembangkan pernak-pernik seperti gantungan kunci.
    selain itu saya ingin membuat sebuah toko yang berisi pernak-pernik tentang wisuda, sehingga bagi teman2 yang ingin memberikan kado bagi temannya yang akan wisuda menjadi lebih mudah. mohon doa restu Ammin. email. dianrimbayu@gmail.com. terimakasih
    wasalamu’laykum warahmatullahi wa barahatuh

    Reply

Leave a Reply to Kaji Edan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *