Blantik is The Best.. (bagian 2)
Balik dikit ke bab ‘Tampil Beda’, Masalah Sarung tuh ada cerita tersendiri pas Kaji terakhir beberapa tahun yang lalu.. Sebenarnya aku geli melihat tingkah manusia kita.. coba bayangin, Kalo mereka mau sholat ke masjid atau tawaf di ka’bah.. mereka berlomba-lomba tampil rapi kayak mau ‘kondhangan’.. Dah gitu trus mengecam aku, hanya karena kostumku yg selalu dan selalu make sarung ama kaos oblong putih.. sambil nggedhumel,” Lha wong menghadap direktur aja pake dasi koq.. ini mau menghadap Tuhan malah sarungan..Sana ganti celana panjang dulu..!!”
Padahal udah berkali-kali aku terangin dan tak jawab,” Menurut aku.. Allah itu pernah melihat kita di mana-mana.. yoo di jawa, yoo di amerika, yoo di mekah.. Jangan-jangan nanti malah Beliau ‘pangling’ ngliat saya berubah.. trus amalanku lupa ngga’ di masukkan ke buku agendaNya..”
Sebenarnya, aku pingin buanget ngomong ke mereka bahwa mereka ‘ngadhep’ direktur tampil rapi tuh kan karena pingin dipuji dan takut dinilai ‘kurang’ oleh sang direktur.. dan direktur tuh kan ‘menungso’ biasa yang punya Subyektifitas serta Relatifitas.. Jadi tergantung suasana hatinya mau menilai tampilan kita dengan angka 6..7..4 atau bahkan 10 sekalipun..
Sedangkan Gusti Allah.. (iki menurutku lho) Syarat-syaratnya sudah Jelas.. dan nilainya tuh cuman ada dua pilihan ‘DITERIMA’ atau ‘DITOLAK’ dan tidak mengenal ‘DIPERTIMBANGKAN’.. Apalagi disertai diskripsi lengkap semisal: Ibadah Sholatnya dapat angka 8.. tapi penampilan 6..
Akhirnya-khir..dari pada capek denger nasehat teruus, Semua celana panjang yang aku punyai, tak kasih-kasihken ke para ‘Mukimin’ di Madinah.. Jadi ‘no other way lho yes’ aku memang harus sarungan.. wong udah nggak punya celana panjang.. he..he..
Wislah.. Lha koq malah ‘ngombro-ombro’, kita kembali ke masalah Blantik aja..
Kembali ke laptooooop…. Mengenal Blantik lebih dekat:
Blantik = Jembatan..
Fungsi Blantik itu perantara.. penghubung.. jembatan.. jadi jelas bahwa syarat mutlak untuk menjadi Blantik itu harus mampu menjembatani minimal dua kepentingan.. agar bisa mencapai satu tujuan.. Bahkan bisa dibilang bahwa tingkat keberhasilan menjadi jembatan itulah yang akan menentukan ‘kadar’ ke-Blantik-an seseorang..
Oleh karena itu, ada baiknya sejak dini kita mulai berlatih menjembatani, menghubungkan, mengakurkan.. apapun bentuk kepentingannya.. Bisa masalah masalah percintaan antar temen (mak comblang), bisa masalah jual beli antar tetangga bahkan sampai mengakurkan keluarga dari masalah warisan..
Blantik = Obyektif..
Sebagai jembatan, otomatis nantinya kita akan dekat dengan 2 sisi.. baik sisi ‘penjual’ maupun sisi ‘pembeli’.. untuk menjaga reputasi kita sebagai blantik, kita harus benar-benar obyektif dan jangan pernah sekalipun ‘condong’ ke salah satunya..
Contonya begini..
Profesi sebagai Manager Artis, fungsi sebenarnya adalah penghubung antara kepentingan si-artis dengan si-punya hajat.. tapi kebanyakan dari temen-temen manager artis tuh salah memposisikan diri.. karena berasa yang ‘nggaji’ dia adalah si-artis, maka dia hanya memikirkan kepentingan sisi si-artis.. Hal ini nantinya akan membuat si-punya hajat males dan kapok menghubungi dia..
Padahal kalo’ bisa pandai-pandai mengemas sedikit, sehingga ‘seolah-olah’ dia juga memikirkan kepentingan si-punya hajat.. Maka suatu saat mereka butuh artis yang lainpun, pasti akan menghubungi kita.. bahkan kalo’ kita bisa berperan sebagai blantik yang ‘handal’ maka jangan heran jika si-punya hajat yang notabene ‘berduit’ ini akan minta tolong kita di bidang-bidang lain yang ngga ada singgungannya sama sekali dengan bisnis ke artisan.. (lebih dari 50% income saya berasal dari ‘limpahan’ ini)
Blantik = Disiplin..Jangan mudah tergoda..
Ingat.. Blantik itu ‘hanya’ jembatan.. jadi kita jangan pernah tergoda dan bernafsu ikut ngurusi yang ‘nyebrang’.. maksudnya begini, Kalo kita ‘mblantiki’ mobil, ya harus disiplin.. benar-benar ‘mblantiki’ aja.. jangan tergoda nafsu untuk memilikinya.. demikian juga kalo’ kita mau menjadi ‘mak comblang’.. ojo malah akhirnya yang-yangan dengan yang dicomblangin..hehehe
Sbab hal-hal seperti itu nantinya akan membuat kita jadi nggak ‘obyektif’ dalam menilai sesuatu yang kita ‘Blantiki’ tersebut.. lagian hal tersebut juga berpeluang untuk menjatuhkan ‘martabat’ kita sebagai blantik.. (bersambung lagiii..)
Ha…ha…ha… apik tenan isine. Hal sepele dadi berbobot. Jane gelare wis pantes ditambahi Kyai
Setuju .. apik iki … … … jenengan kudune nulis buku. Ben akeh sik iso sinau …
Stuju mas..
Tapi sebenarnya tulisan saya sudah dibukukan sama Gus Tanto, dan sudah beredar di GRAMEDIA, nak ra kleru, judulnya ‘Dikejar Rejeki’…. Tapi mbuh lho yaaaa.. Sing dioyak oyak si-rejeki kwi sopo, aku yo rung mudheng..hehehee..
Takono dhewe ke Gus Tanto mas.. Hihihi
Salam
Sangat inpiratif….yo iku calon penghuni surgaa
Makna kehidupan yg sebenarnya alias real….bravo pak kaji
Mas Onny, mengenai semangat panjenengan untuk ” Tampil Beda “….saya rasa itu sepenuhnya merupakan hak panjenengan dan sah2 saja untuk dilakukan asal tidak melanggar norma susila dan norma hukum.
Dan saya rasa…. panjenengan tindakan di Orchard Road, atau PIM atau Blok M Plaza atau bahkan panjenengan travelling nitih pesawat terbang dengan menggunakan kostum berupa Sarung, kaos oblong putih dan sandal Lily….tentu saja itu tidak melanggar peraturan dan norma2 tsb…( Kecuali klo pas make sarungnya nggak kenceng n sarungnya melorot…he.he he…bs ditangkep satpam tuh…dikira penderita “ekshibisionist”..he he he…)
Nah kalau memang panjenengan sdh merasa nyaman dan pede dng kostum tsb….yaa no what what laah….toh pd jaman dulu…alkisah si jagoan betawi ” si Pitung ” merajalela menghajar belanda juga hanya dng berkostum kaos oblong, celana komprang plus sarung n peci….
Tapi maas….pesen saya….kalau untuk situasi yang formal atau di forum yang resmi….langkung prayogi….kalau panjenengan bisa tampil lebih ngganteng, rapi dan dandy..dengan kostum yang lebih “advance ” dan formal…spt misalnya ngagem kemeja batik dan celana panjang…
Kalau masalah busana dlm beribadah…setahu saya yang penting busana itu menutup aurat dan busana tsb bersih serta suci dari najis…rak iyess tha..? Ndak harus rapi…kaya orang mau kondangan…..
Setelah saya baca Blantik is the Best 1,2 n 3…betul sekali bahwa seorang Blantik yang profesional… hrs bs menjadi jembatan/bypass yang obyektif dan tidak bepihak ke salah satu sisi dan juga hrs Disiplin..dlm menjalankan tugasnya…
Bytheway….mudah2an kt semua bs mengambil hikmah dan suri tauladan dr pengalaman hidup panjenengan…dan bs ketularan…hidup kaya raya n mati masuk surga….amiiin yra….