Didera hutang bukanlah akhir dunia
Dalam hidup saya, saya pernah merasakan beratnya membayar hutang selama bertahun-tahun. Tidak tanggung-tanggung, 6,3 milyar rupiah! (kapan-kapan akan saya tuliskan dalam tulisan tersendiri pengalamanku dengan KH mengalami hari-hari berat dalam hidup kami selama 11 tahun itu) Lalu bagaimana kiat ketika kita mempunyai hutang banyak?
- Harus tetap bisa tampil tenang, tegar dan tampak optimis: Memang akan sangat susah dan berat untuk dapat tetap tampak tenang, tegar apalagi menampakkan keoptimisan dalam kondisi ‘utang menggunung’, akan tetapi tidak ada jalan lain.. hanya itulah satu-satunya cara agar kita tetep bisa berpikir jernih, tidak kena ‘Stroke’ dan ‘mati menderita’..
- Jangan sekali-kali meng-iba… ke siapapun..dan Apapun yang terjadi: Mengiba.. selain akan memperlemah daya juang juga tidak pernah terbukti menyelesaikan masalah.. Kita akan tambah larut dan terbenam dalam ‘Cari alasan untuk menghindar’ bukannya ‘Cari Jalan Keluar untuk Lunas’. Dan yang terjadi ‘Penghutang’ malah akan menjadi semakin panik dan kawatir duitnya akan hilang, sehingga dia akan nagih..nagih..nagih dan menagih kita dengan cara apapun..
- Jangan Sembunyi.. Dekati ‘Penghutang’: Ternyata menghindar dengan cara sembunyi tidak efektif sama sekali.. yang benar adalah: dekati ‘mereka’ dengan pendekatan poin no 1 dan jangan sekali-kali cerita sedih ke mereka.. Dengan tetap muncul, kelihatan bersahabat trus optimis biasanya mereka akan melunak.. minimal menunda pembayaran dan tidak terus-terusan nagih, sehingga agak longgar otak kita untuk memikirkan langkah lain..
- Dekati Perbankan: Menyita Agunan, apalagi berbentuk Tanah atau Rumah.. itu ternyata bukan tujuan Bank, kalo’ bisa mereka malah menghindarinya.. sebab itu akan sangat merepotkan mereka sendiri dan akan menjadi poin negative bagi bagian kredit Bank tersebut.. nah, makanya setelah tau itu aku dekatilah mereka.. Dan selama 11 tahun saya sangat dekat dengan bagian kredit: BNI’46, Lippo, Exim, BWK, Panin, Pikko, Namura (bahkan masih suka telpun-telpunan hingga sekarang, malah mereka jadi ngejar-ngejar saya untuk ambil kredit di Bank mereka)
Selanjutnya… Saya jadi ahli menghindar…terutama kalau ditagih utang… < Bagian 1 >
Kang, aku salut atas blog-e. Jujur aja, semua yang Kang Onny sampaikan adalah sangat manusiawi. Kita semua sadar bahwa hidup didunia ini hanya berhubungan dengan manusia.
Artinya yang tentunya dapat juga merasakan apa yang manusia lain rasakan. tanpa pernah kita bisa merasa bagaimana rasanya menjadi mahluk lain beserta problemanya.
Pendek kata, kalau kita melakukan pendekatan secara manusia, pasati dan pasti mereka akan mencoba mendalami apa yang kita (manusia hidup) rasakan. Mbulet yo…..??? yang jelas, manusia harus mampu mengutarakan apa yang dirasakan.
Iyo dab..
Nak aku sangat meyakini bahwa sing nylametkan kita di dunia ini faktor utamanya yaa ‘Habluminanas’ itu.. dan saya juga kawatir.. ojo-ojo hal tersebut juga dimasukkan olehNya sebagai faktor penentu juga pas kita ngantri untuk booking ‘tiket surga’.. apapun agama kita..
Makane aku maturnuwun banget karo dik izrar yang sudah memberi saya ‘wadah’ untuk dapat mengutarakan apa yang saya rasakan..
Sekaligus teman-teman juga bisa mengutarakannya di kolom ini tho dab..
Salam,
Kaji Edan
Sesuai hadits, kalau kita bersilaturrahmi, akan dapat dua manfaat: dipanjangkan umur dan ditambah rejeki. Saya silaturrahmi ke blognya mas Onny jadi “panjang umur”, tidak perlu waktu 11 tahun untuk mengambil hikmah terbelit hutang dan pengalaman mengatasinya.
Jadi tambah rejeki karena ilmu di bawah bisa menjadi kiat kalau menghadapi musibah yang sama.
(Na’udzubillah, mudah-mudahan tidak). Salut buatmu, mas. Pengalaman hidupmu yang lain berkaitan dengan berwiraswasta tentu sangat luar biasa untuk bisa di-sharing dengan yang lain. (hendro- teladan ’89)
Tks posting yang menginspirasi.
Yang disampaikan sangat bener. Saya mengalami menjadi orang yg memberikan pinjaman ra ketang cuma ra sepiroa. Yg bikin males kalo minjemin ke temen atas nama silaturahmi. Tapi si temen njuk ngilang karena alasannya malu belum nglunasi. Lha mbok ngetok kenapa? wong ya sama temen sendiri. Nek ra iso nglunasi rak ya kita paham…. pripun menawi mekaten pak Kaji… 🙂
Mas Onny, biasanya kalau kita punya utang..dan belum bisa bayar..secara naluriah pasti kita akan berusaha menghindar untuk ketemu……….. Rasanya perlu syaraf baja klo kt punya banyak utang tp tetap disuruh tampil tenang, tegar dan optimis…udah gitu nggak boleh memelas…dan juga nggak boleh sembunyi…itu semua nggak gampang lho….
Yang pasti tentunya kita juga harus pandai bersilat lidah..mencari excuse..dan mengambil hati si debitur..supaya dikasih kelonggaran……
Tapi kalau dilihat dr kacamata si debitur…bener juga sih…
Dan tentu saja kita memang memerlukan dukungan dari perbankan kalo kita punya masalah finansial….
Tengkyu ya mas…..experience is the best teacher….pengalaman mas Onny tentunya bisa menjadi pelajaran dan suri tauladan bagi kita semua….
Keep on writing bro…and never fade for inspiring us…..
Ruuuuuuuuaarrrrr Biaaaaasssaaaa…
Sugeng pakJi,
kl masalah saya gimana mengahadapinya ya….
saya coba meyakinkan mereka dengan segala cara..
tapi karena dana yang ‘tak jagake’ seharusnya buat bayar itu tak kunjung cair juga…
sampai terakhir saya menghindar..karena pihak bank sudah membawa “segel rumah dalam pengawasan KSU” tapi berhubung ndak ketemu saya…cuma pesan diberi waktu sampai akhir bulan…kepada orang rumah…
saya sama “majikan” saya sudah pontangpanting sampai sekarang nagih kesana kemari…tp sampai sekarang blm ada tanda2 pelunasan….saya bingungnya karena kepala bagian kredit di KSP tersebut justru teman saay….tp dia juga ditekan atasannya….serba ndak enak saya..
mohon saran nya pak Ji,
nuwun,
Surya Admaja